Sabtu, 15 November 2008

Saat ku 6th

Berawal dari Ibu nanya siapa aja tmen aq yang mau diundang ke nikahan mbak. Dari situ aq mengingat-ingat siapa saja teman yang kenal dengan Mbak Nia. 'Oiya guru-guru SD aq kan sebagian besar sama dengan guru SD Mbak Nia', dari mengingat-ingat nama guru, lama kelamaan aq teringat oleh seorang guru mengajiku saat aq masih duduk di kelas 1 SD. Aq sangat mengingatnya. Rosidy, yah namanya Rosidy. Aq dan teman-teman mengajiku biasa memanggilnya dengan sebutan Kak Rosidy.



Aq selalu pergi dan pulang ke tempat mengajiku bersama seorang teman, Fitri. Kami mengaji di sebuah rumah yang untuk sampai kesana membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit berjalan kaki. Memang tidak ada kendaraan umum menuju rumah itu. Kami dan teman-teman kami biasa berjalan kaki melewati gang-gang kecil. Pemiliknya biasa dipanggil Ibu dan Bapak oleh murid-murid pengajian. Selain Ibu dan Bapak, di sana ada seorang tenaga pengajar. Dialah Kak Rosidy.



Menurut penuturan Ibu, Mbak Tinem(yang mengurus aq saat kecil), semua saudaraku, dan tetangga rumah, mereka bilang saat aq kecil walaupun galak dan pengambekan tapi aq putih. Bahkan ada yang mengira aq slalu memakai stocking. Mungkin itu yang membuat orang-orang masih tertarik untuk memperhatikan aq walaupun aq galak. Aq sewaktu kecil memang keras kepala terhadap keluarga tapi tidak terhadap teman.



Selayaknya anak-anak seumuranku, aq menganggap Kak Rosidy adalah seorang pengajar yang bisa dianggap kakak. Jika ku kisarkan kira-kira saat itu dy berumur 2othan. Teman-temanku suka padanya karena dy humoris menurut teman-temanku. Tapi tidak denganku. Aq merasakan suatu keanehan dirinya terhadapku. Fitri selalu ingin mengaji padanya, sedangkan aq lebih nyaman bila dengan Ibu atau Bapak yang mengajar. Tapi entah kenapa aq selalu mengalah dan ikut pada keinginan temanku. Semua yang mau mengaji pada Kak Rosidy, Bapak, atau ibu, harus berbaris rapih. Anehnya walaupun aq sudah baris di urutan pertama, tapi mengapa aq selalu dinomorakhirkan oleh Kak Rosidy. Entahlah apa maksudnya.



Suatu saat aq sedang mengaji dihadapan dy, tiba-tiba saja kakiku terusik oleh gerakan-gerakan kaki dari orang dihadapanku yang tak lain adalah Kak Rosidy. Langsung saja aq tarik kakiku menjauh dan kulihat wajah si Kakak itu. Tersenyum!! dengan manisnya dy memamerkan senyumannya padaku. 'Ya Allah ini Kakak kenapa? apa dy suka padaku? tapi mana mungkin, aq masih berumur 6th!!' itu pkirku tiba-tiba.



Beberapa hari kemuadian Kak rosidy mengajarkan sebuah lagu nasyid kepada kami. Aq hapal betul judulnya. Sepohon Kayu, sekarang tiap aq mendengar lagu itu aq pasti teringat dy. Setelah bernyanyi bersama tibalah saatnya pulang, tapi saat itu dy memintaku tuk pulang akhir-akhir saja nanti. Aq menurut, dan pastinya aq selalu ditemanani oleh Fitri. Setelah semuanya pulang Kak Rosidy bilang bahwa besok dy akan meminjamkan kaset nasyid itu padaku. Selama perjalanan pulang aq bertanya-tanya dalam hati 'Aq gak minta pinjem , kenapa mau dipinjemin yah. Sedangkan tadi teman-temanku semuanya ingin meminjam kaset itu'



Esok hari seperti biasa aq dan Fitri selalu pulang terakhir dan saat itu dy memberikan kaset itu padaku. Aq trima, pulang, dan tak mendengarkan kaset itu. Karena aq memang tak minat meminjamnya. Bahkan tak terucap untuk meminjamnya. Beberapa hari kemudian aq kembalikan kaset itu.



Suatu hari saat aq tiba di rumah selepas mengaji, ada bunyi telepon di rumahku. Aq angkat "Hallo"



"Hallo, assalamu'alaikum bisa bicara dengan fyfi?" aq mulai menerka-nerka siapa pemilik suara di seberang sana.



"Iya saya sendiri, ini siapa?"



"Ini kakak fy"



"Ya ampun Kak rosidy tau dari mana nomer telpon aq?"



"ummm,, ga dari siapa-siapa."



"Dari siapa kak? Fitri yah? iya kan??" Tanyaku mencecar.



"Iya-iya dari Fitri, gpp kan?"



"Iya gpp kak."



"Fyfi dah sampe rumah yah? kaka cuma mau tau aja udah sampe rumah apa blum'"



"OOhh, udah kak."



"Yawdah kalo gitu fy, assalamu'alaikum"



"Wa'alaikumsalam."



Selama aq masih mengaji di sana, beberapa kali dy menelponku tanpa alasan yang jelas. Dan seperti biasa, ada saja yang mengharuskan aq pulang terkhir hingga bisa keluar bersamanya dari tempatmengajiku.



Menjelang kenaikan kelas 2 SD, aq pindah mengaji ke madrasah. Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sekitar pukul 7 malam, ada yang bertamu ke rumah. Saat kuintip dari jendela 'Ya Allah ngapain dy malem-malem ke sini?'



"Pak, ada guru ngaji aq dateng, bapak aja yang nemuin, aq ga mau!"



"Ya ampun ada apa sih?" tanya bapak cemas.



Selama dy bertamu, tak sedetikpun aq memunculkan diri dihadapannya. Aq takut. Setelah pulang, bapak menceritakan bahwa guru mengajiku mengkhawatirkan aq mengapa tidak mengaji lagi. Seelah itu aq tidak mendengar kabarnya lagi.



Saat itu aq hanyalah anak berumur 6 th yang tak bisa menerka-nerka sikapnya itu. Sekarang aq mengerti. Aq ingin bertemu dengannya, bukan untuk apa-apa tapi aq hanya ingin melihat keadaan dy sekarang. Paling tidak dy telah menyumbangkan kisah lucu dimasa kecilku. Dan tentunya saling menasehatkan seandainya dy masih seperti itu.